2 Apr 2015

Belajar Visi: Muhammad Al-Fatih

http://image.slidesharecdn.com/act-140402015643-phpapp01/95/muhammad-alfatih-1-638.jpg?cb=1396421876


Setiap orang di dunia ini pasti ingin sekali meraih kesuksesan. Namun bisa dihitung jari hanya beberapa orang dari ribuan orang atau hanya ratusan orang dari miliaran orang yang mampu meraih kesuksesan. Kualitas perjuangan untuk meraih kesuksesan tentu harus sebanding. Untuk meraih kesuksesan yang tujuannya besar maka sudah seharusnya memberikan usaha terbesar pula. Agar kita tetap melangkah pada jalan setapak menuju kesuksesan tentu kita harus memiliki Visi yang kuat. Visi yang kuat akan menuntun langkah demi langkah kita dan akan memberikan genjotan semangat ketika kita mengingat Visi tersebut.
Sebuah kisah yang menggetarkan hati bagaimana kita sesungguhnya Pejuang Sejati meraih kesuksesan terlihat dari seorang panglima tentara yang terkenal ketangguhannya. Panglima tersebut ialah Muhammad Al-Fatih.

Cerita ini bermula dari perang Al-Ahzab, yaitu perang pada zaman Rasulullah SAW. Pasukan kaum muslimin yang jumlahnya sekitar 10.000 orang akan diserang oleh gabungan tentara kaum Quraisy, Yahudi, dan Nasrani yang jumlahnya mencapai 100.000 orang. Jika hanya menggunakan pedang dan tombak pasti akan kalah. Kemudian disusunlah strategi. Sahabat yang bernama Salman Al-Farisi mengusulkan untuk membuat parit agar musuh tidak bisa masuk Madinah. Parit tersebut panjangnya 8 kilometer, lebarnya 5 kilometer, dan dalamnya 3 meter supaya kuda musuh yang terperangkap tidak bisa naik. Di tengah teriknya Gurun Sahara yang panas, pasukan yang sedang menggali parit justru bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasul, kota mana yang akan kita taklukan terlebih dahulu?” sungguh suatu tekad dan semangat yang sulit dicari tandingannya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah memberikan pernyataan, “Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimipin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
Sejak itu, turun temurun para sahabat berlomba untuk disebut sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik pasukan. Tak terasa 800 tahun berlalu, lahirlah seorang anak bernama Muhammad Al-Fatih.

Menaklukkan Konstantinopel
Muhammad Al-Fatih yang sebagai Sultan Ustmani menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.
Ket. Foto: Benteng Bizantium
 

Akhirnya Muhammad Al-Fatih menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Muhammad Al-fatih melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Muhammad Al-Fatih dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.
Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.
Wallahu a’alam bishshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar